Rayakan Minggu Palma, Umat Katolik Stasi St. Ambrosius Krooy Diajak Menyebarkan Pesan Damai

KAIMANA, VK – Umat Katolik Santo Ambrosius Krooy Kabupaten Kaimana, merayakan Minggu Palma di gereja Santo Ambrosius Krooy, Paroki Santo Martinus Kaimana – Keuskupan Manokwari-Sorong, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, Minggu (13/4).

Perayaan dimulai dengan upacara pemberkatan daun palma dan perarakan menuju gereja Stasi Santo Ambrosius Krooy. Perayaan Minggu Palma ini juga merupakan salah satu perayaan dalam Gereja Katolik, untuk memperingati peristiwa Yesus memasuki Yerusalem, disambut oleh kerumunan orang, yang menghamparkan daun dan pakaian dijalan. Tindakan ini melambangkan penghormatan dan pengakuan akan Yesus sebagai Raja Damai.

Perayaan Minggu Palma ini juga merupakan perayaan untuk menandakan bahwa, umat Katolik akan berada pada Pekan Suci sebelum memasuki Hari Paskah. Umat Katolik Santo Ambrosius Krooy pun diharapkan untuk mampu memaknai misteri keselamatan yang dibawa oleh Tuhan.

R.P. Fransiskus Xaverius Nengah, O. Carm dalam homili singkatnya, saat memimpin upacara misa Minggu Palma di gereja Stasi Santo Ambrosius Krooy mengatakan bahwa, didalam perayaan Pekan Suci, umat Katolik mendahuluinya dengan sebuah perayaan yang bermakna bahwa, Yesus yang datang adalah sebagai Raja, dalam kebenaran dan didalam pikiran, serta didalam iman seorang Katolik.

“Sebab Kristus datang tidak untuk menorehkan ambisi-Nya sebagai manusia, tetapi Ia datang untuk membawa visi penyelamatan, yang dianugerahkan kepada-Nya oleh Bapa, lewat kenyataan hidup dan diri-Nya sebagai seorang Putera Allah. Yesus datang sebagai Raja Damai, dan kerajaan damai inilah, yang membedakan posisi-Nya didalam iman dan hidup kita sekalian,” ungkap Pastor yang kerap disapa Fan ini dalam khotbahnya.

Pastor Fan juga menjelaskan bahwa, Daun Palma yang ada pada masing-masing umat, melambangkan keterimaan umat Katolik akan kebenaran yang diberikan oleh Kristus. Warna Hijau pada daun palma ini melambangkan kehidupan dan kemuliaan dari Allah, yang berlangsung selama-lamanya.

“Semoga dengan perayaan ini, kita semua dimampukan untuk memaknai misteri keselamatan yang dibawa oleh Tuhan, sembari merenungkan seluruh pengorbanan yang dilakukan-Nya diatas Salib, demi kasih-Nya yang besar kepada kita. Mari kita menata kembali hati dan hidup kita, untuk berdamai dengan semua orang, berdamai dengan siapa saja, sembari meninggalkan kelekatan dan sekat keduniawian kita, yang kadang membuat pandangan hidup, dan juga cita-cita kita kedepan menjadi suram, lantaran kita dikuasai oleh egois, oleh hawa nafsu, oleh hal-hal yang membuat kita terperosok, untuk jatuh kedalam dosa. Semoga perayaan ini menyucikan dan mengangkat hidup kita, agar kita semakin mencontohi dan menyerupai Kristus yang tersalib,” pungkasnya. (edo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!